ASN BerAKHLAK #Bangga Melayani Bangsa

Detail Berita

Anoreksia Nervosa

Blog Single

Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang diakibatkan oleh penurunan berat badan yang drastis. Penderita anoreksia biasanya melakukan diet secara berlebihan, menyebabkan penurunan berat badan yang ekstrem.

Pengertian

Sebagai tambahan, ada pula individu yang memilih untuk mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsi melalui muntah atau dengan penggunaan pencahar. Walaupun anoreksia dan bulimia sama-sama termasuk gangguan makan, tapi kedua kondisi ini memiliki perbedaan dasar. 

Seseorang dengan anoreksia memiliki kepercayaan diri yang rendah dan berpikir bahwa mereka terlalu gemuk, sementara penderita bulimia seringkali melakukan muntah karena rasa bersalah akibat makan berlebihan.

Penyebab

Anoreksia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor biologis, lingkungan, hingga psikologis. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena anoreksia antara lain:

  • Mengalami kecemasan atau depresi

  • Mengalami kesulitan dalam mengelola stres

  • Memiliki kekhawatiran berlebihan tentang masa depan

  • Cenderung perfeksionis

  • Memiliki citra diri yang negatif

  • Riwayat gangguan makan saat masa kanak-kanak

  • Emosi yang mudah terpengaruh

Gejala

Gejala utama dari anoreksia adalah penurunan berat badan yang signifikan, biasanya disertai perilaku seperti menghindari makan, berolahraga berlebihan, penggunaan pencahar, dan upaya memuntahkan makanan. Individu dengan anoreksia biasanya merasa bersalah setelah makan.

Berat badan yang turun drastis dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk kelelahan, penurunan tekanan darah, pusing, haid yang tidak teratur, kulit kering, suhu tubuh yang dingin, rambut rontok, dan denyut jantung tidak teratur.

Bila anoreksia tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat berujung pada berbagai komplikasi kesehatan serius, seperti:

  • Denyut jantung yang melambat (bradikardia)

  • Gula darah rendah

  • Gangguan hormon kesuburan dan paratiroid

  • Sel darah putih yang rendah, yang menandakan sistem imun yang lemah dan rentan terhadap infeksi

Diagnosis

Anoreksia bisa didiagnosis melalui serangkaian gejala yang ditetapkan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition (DSM-5), antara lain:

  • Pembatasan makanan yang ekstrem, mengakibatkan penurunan berat badan yang ekstrem.

  • Rasa takut berlebihan terhadap kegemukan, meski berat badan sudah berada di bawah normal.

  • Persepsi tubuh yang terganggu (merasa tubuhnya sangat gemuk padahal kenyataannya sangat kurus).

Pemeriksaan darah juga mungkin diperlukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, gula darah, dan elektrolit.

Pengobatan

Pengobatan anoreksia melibatkan berbagai pendekatan yang saling terkait dan berfungsi untuk membantu pasien pulih secara fisik dan mental. Berikut adalah beberapa elemen kunci dalam pengobatan anoreksia:

1. Obat-Obatan

Obat antidepresan sering digunakan dalam pengobatan anoreksia. Obat-obatan ini dapat membantu mengendalikan gejala kecemasan dan depresi yang sering dialami oleh penderita anoreksia.

2. Terapi Psikologis

Melibatkan berbagai jenis terapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT), terapi keluarga, dan terapi penerimaan dan komitmen (ACT). Terapi ini membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang negatif dan perilaku yang merusak kesehatan.

3. Edukasi Nutrisi

Ahli gizi atau dietitian berperan penting dalam memberikan edukasi tentang nutrisi seimbang dan makan sehat. Mereka juga membantu membuat rencana makan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien.

4. Perawatan Rumah Sakit

Dalam kasus anoreksia yang parah atau jika terjadi komplikasi serius, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan. Ini bisa melibatkan pemberian nutrisi dan cairan melalui infus untuk memulihkan keseimbangan elektrolit dan gula darah.

5. Pemantauan Medis

Penderita anoreksia perlu pemantauan medis berkelanjutan untuk memastikan keberhasilan pengobatan dan untuk mengendalikan komplikasi yang mungkin muncul.

Pencegahan

Sementara belum ada metode spesifik untuk mencegah anoreksia, beberapa pendekatan dapat membantu mengurangi risiko:

1. Pendidikan

Pendidikan tentang gambaran tubuh yang sehat dan kebiasaan makan yang sehat bisa memainkan peran penting dalam mencegah anoreksia. Ini mungkin termasuk diskusi tentang risiko diet yang tidak sehat dan bahaya gangguan makan.

2. Promosi Citra Diri yang Positif

Mempromosikan citra diri yang positif dan mendorong harga diri yang sehat dapat membantu mencegah perkembangan anoreksia.

3. Komunikasi Terbuka

Mendorong komunikasi terbuka tentang kesehatan dan citra tubuh bisa membantu dalam mengidentifikasi tanda-tanda awal anoreksia.

4. Intervensi Awal

Jika tanda-tanda anoreksia terdeteksi, intervensi awal bisa sangat bermanfaat. Semakin awal anoreksia diidentifikasi dan diobati, semakin baik prospek pemulihannya.

5. Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis berkelanjutan, termasuk konseling dan terapi, dapat membantu individu mengatasi masalah emosional atau mental yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan anoreksia.

Komplikasi

Gangguan makan anoreksia dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berdampak pada hampir semua bagian tubuh. 

Komplikasi ini dapat berlangsung jangka pendek maupun jangka panjang, dan dalam beberapa kasus, dapat mengancam kehidupan. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat anoreksia:

1. Komplikasi Kardiovaskular

Anoreksia dapat menyebabkan berbagai masalah jantung, termasuk denyut jantung yang lebih lambat dari biasanya (bradikardia), tekanan darah rendah, dan bahkan gagal jantung.

2. Gangguan Endokrin dan Reproduksi

Penderita anoreksia sering mengalami gangguan menstruasi dan gangguan hormon kesuburan. Pada pria, anoreksia bisa menyebabkan penurunan testosteron dan disfungsi seksual.

3. Komplikasi Tulang

Anoreksia dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang (osteoporosis), yang meningkatkan risiko patah tulang.

4. Gangguan Elektrolit

Kekurangan nutrisi bisa menyebabkan gangguan elektrolit, seperti kadar kalium yang rendah, yang bisa berakibat fatal bagi fungsi jantung dan otot.

5. Masalah Gastrointestinal

Anoreksia bisa menyebabkan konstipasi, dan dalam kasus yang jarang, anoreksia bisa menyebabkan penutupan atau kegagalan fungsi lambung dan usus.

6. Masalah Psikiatrik

Anoreksia sering dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat.

7. Komplikasi Kulit

Kulit kering, rambut rontok, dan pertumbuhan rambut halus di seluruh tubuh (lanugo) bisa terjadi akibat anoreksia.

8. Komplikasi Ginjal

Anoreksia dapat mengakibatkan dehidrasi, yang kemudian bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.

9. Risiko Kematian

Pada kasus yang parah, anoreksia dapat menyebabkan kematian, biasanya akibat gagal jantung atau efek dari malnutrisi parah.

Referensi:

Share this Post: