Leptospirosis
Leptospirosis adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena adanya infeksi bakteri Leptospira interrogans. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis. Artinya, penularan leptospirosis dapat terjadi dari hewan ke manusia. Sejumlah hewan yang kerap menularkan leptospirosis adalah tikus, anjing, serta hewan ternak.
Leptospirosis terbagi menjadi dua fase, yaitu:
Fase leptospiremia (septisemik): fase leptospiremia adalah fase pertama dari leptospirosis yang terjadi dalam jangka waktu 2–14 hari setelah tubuh terinfeksi. Pada fase ini, bakteri Leptospira dapat ditemukan pada darah sehingga dapat dideteksi melalui tes darah.
Fase imun: dalam fase imun, bakteri Leptospira telah masuk ke dalam organ tubuh tertentu, terutama ginjal yang memproduksi urine. Karena itu, pada fase ini, diagnosis leptospirosis dilakukan melalui tes urine.
Penyebab Leptospirosis
Penyebab utama leptospirosis adalah infeksi bakteri Leptospira interrogans. Umumnya, penyebaran leptospirosis terjadi dari hewan ke manusia karena bakteri Leptospira hidup dan berkembang di dalam ginjal hewan. Berikut adalah sejumlah cara penyebaran leptospirosis yang umum terjadi.
Kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira.
Kontak langsung dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh bakteri Leptospira.
Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Leptospira.
Di samping itu, faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami leptospirosis adalah sebagai berikut:
Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan hewan, seperti peternak dan dokter hewan.
Pekerja tambang.
Bekerja di area sekitar saluran pembuangan atau selokan.
Tinggal di daerah yang rawan banjir.
Sering berkemah dan rekreasi air di alam bebas.
Meski jarang terjadi, leptospirosis juga bisa menular antarmanusia melalui hubungan seksual dan ASI.
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis cenderung bervariasi menyesuaikan dengan tingkat keparahannya. Adapun sejumlah gejala awal dari leptospirosis adalah sebagai berikut:
Demam tinggi.
Sakit kepala.
Diare.
Mata merah.
Nyeri otot, terutama pada otot betis.
Mual dan muntah.
Nyeri perut.
Sementara itu, leptospirosis yang tidak mendapatkan penanganan tepat berisiko menimbulkan peradangan pada organ tubuh. Kondisi ini dikenal dengan sindrom Weil. Berikut adalah gejala umum dari sindrom Weil.
Demam.
Sesak napas.
Penyakit kuning (jaundice).
Batuk berdarah.
Nyeri dada.
Penurunan volume urine yang keluar.
Feses berwarna kehitaman.
Hematuria (munculnya darah pada urine).
Diagnosis Leptospirosis
Beberapa tindakan medis yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis leptospirosis adalah sebagai berikut:
Tes darah untuk mendeteksi antibodi (IgM) leptospirosis di dalam darah apabila infeksi diperkirakan terjadi kurang dari 14 hari. Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk memeriksa gangguan pada organ ginjal dan hati yang bisa terjadi karena infeksi leptospirosis.
Tes urine menggunakan metode rapid test atau enzyme-linked immunosorbent assay test (ELISA) untuk mendeteksi antibodi (IgM) terhadap leptospirosis di dalam urine.
CT Scan atau USG yang dilakukan dengan memindai organ dalam tubuh untuk memeriksa penyebaran infeksi leptospirosis.
Rontgen paru untuk memeriksa penyebaran bakteri di dalam paru-paru.
Penanganan Leptospirosis
Bila gejala yang muncul cenderung ringan, leptospirosis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 7 hari. Namun, leptospirosis dengan gejala berat perlu mendapatkan penanganan tepat guna mencegah risiko komplikasi. Adapun beberapa tindakan medis yang dilakukan untuk menangani leptospirosis adalah:
Pemberian Obat-Obatan
Pemberian obat antibiotik merupakan langkah utama yang dilakukan dokter untuk menangani infeksi leptospirosis. Selain itu, dokter juga akan meredakan gejala leptospirosis dengan memberikan obat anti-nyeri dan penurun demam, seperti ibuprofen atau paracetamol.
Rawat Inap di Rumah Sakit
Jika infeksi leptospirosis menimbulkan gejala yang cukup parah, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani rawat inap di rumah sakit agar mendapatkan penanganan lebih lanjut, seperti:
Pemberian antibiotik melalui injeksi atau infus.
Infus cairan untuk mencegah dehidrasi.
Pemasangan ventilator apabila pasien leptospirosis mengalami gagal napas.
Transfusi darah apabila terjadi perdarahan berat di dalam tubuh.
Cuci darah apabila infeksi leptospirosis menyebabkan kerusakan ginjal.
Komplikasi Leptospirosis
Bila tidak mendapatkan penanganan tepat, leptospirosis berisiko menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih serius, seperti:
Sepsis.
Perdarahan saluran cerna.
Perdarahan pada paru-paru.
Meningitis.
Gagal hati.
Gagal ginjal.
Radang mata.
Gagal jantung.
Keguguran pada ibu hamil.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit flu, tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan, serta kulit menjadi kuning. Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.
Penyebab Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang hidup selama beberapa tahun di ginjal ginjal. Beberapa hewan yang dapat menyebarkan bakteri Leptospira adalah:
- Anjing
- Babi
- Kuda
- Sapi
- Tikus
Bakteri Leptospira sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga mengontaminasi air dan tanah. Di air dan tanah, bakteri ini dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun.
Sementara itu, penularan bakteri Leptospira ke manusia dapat terjadi akibat hal-hal berikut:
- Kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri
- Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri
- Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Leptospirosis bisa menular antarmanusia melalui ASI atau hubungan seksual, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Faktor risiko leptospirosis
Leptospirosis banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Hal ini karena iklim yang panas dan lembap bisa membuat bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Leptospirosis juga lebih sering terjadi pada orang dengan kondisi berikut:
- Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, atau nelayan
- Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan
- Memiliki pekerjaan yang terkait dengan saluran pembuangan atau selokan
- Tinggal di daerah rawan banjir
- Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas
Gejala Leptospirosis
Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini bisa muncul 1–2 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira.
Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:
- Demam tinggi dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
- Diare
- Mata merah
- Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah
- Sakit perut
- Bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan
Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap dua yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Penyakit Weil dapat berkembang 1–3 hari setelah gejala leptospirosis muncul. Keluhan yang timbul bervariasi, tergantung pada organ yang terinfeksi. Gejala dan tanda pada penyakit Weil antara lain:
- Demam
- Penyakit kuning
- Sulit buang air kecil
- Bengkak di tangan dan kaki
- Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar-debar
- Lemas dan keringat dingin
- Sakit kepala dan leher kaku
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang disebutkan di atas. Gejala leptospirosis terkadang mirip dengan gejala penyakit infeksi lain sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pastinya sebelum terjadi komplikasi.
Segera ke IGD rumah sakit terdekat jika Anda mengalami gejala-gejala leptospirosis yang lebih parah, seperti:
- Penyakit kuning
- Sulit buang air kecil
- Tangan dan kaki bengkak
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Batuk berdarah
Jika Anda terdiagnosis menderita leptospirosis, lakukan kontrol secara rutin selama pengobatan. Tujuannya adalah agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi penyakit dan keberhasilan terapi yang diberikan.
Diagnosis Leptospirosis
Untuk mendiagnosis leptospirosis, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien. Dokter juga akan bertanya mengenai riwayat perjalanan, kondisi tempat tinggal, dan aktivitas yang dilakukan pasien selama 14 hari ke belakang.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan beberapa tes penunjang, untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat keparahan leptospirosis. Tes penunjang tersebut antara lain:
- Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan kadar sel darah putih sebagai penanda infeksi
- Tes enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) atau rapid test, untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh
- Polymerase chain reaction (PCR), untuk mendeteksi keberadaan bakteri Leptospira di dalam tubuh
- Tes aglutinasi mikroskopik (MAT), untuk memastikan keberadaan antibodi yang secara spesifik terkait dengan bakteri Leptospira
- Pemindaian dengan CT scan atau USG, untuk melihat kondisi organ yang mungkin terkena dampak peradangan akibat infeksi leptospirosis
- Kultur darah dan urine, untuk memastikan keberadaan bakteri Leptospira di dalam darah dan urine
Pengobatan Leptospirosis
Leptospirosis yang ringan umumnya tidak memerlukan penanganan khusus, bahkan bisa sembuh dengan sendirinya dalam 7 hari. Pada kondisi yang berat, pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita leptospirosis yang bergejala berat:
Pemberian obat-obatan
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala dan mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang akan diberikan adalah:
- Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline, atau azithromycin
- Obat penurun demam dan nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen
Perawatan di rumah sakit
Perawatan di rumah sakit dilakukan bila infeksi telah berkembang makin parah dan menyerang organ (penyakit Weil). Pada kondisi ini, antibiotik akan diberikan melalui infus.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa penanganan tambahan berikut:
- Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada pasien yang tidak bisa minum banyak air
- Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
- Pemasangan ventilator jika pasien mengalami gagal napas
- Pemantauan terhadap kerja jantung
- Transfusi darah jika terjadi perdarahan berat
- Cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal
Kemungkinan sembuh dari penyakit Weil tergantung pada organ yang terserang infeksi dan tingkat keparahannya. Pada pasien leptospirosis yang parah, kematian bisa terjadi karena perdarahan atau akibat komplikasi pada paru-paru atau ginjal.
Komplikasi Leptospirosis
Leptospirosis yang tidak diobati dengan baik dapat mengakibatkan penyakit Weil. Komplikasi yang bisa terjadi akibat penyakit Weil antara lain:
- Gagal ginjal akut
- Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)
- Perdarahan saluran cerna
- Perdarahan paru-paru
- Stroke perdarahan (stroke hemoragik)
- Gagal hati
- Penyakit Kawasaki
- Kerusakan otot (rhabdomyolysis)
- Radang mata yang parah (Uveitis)
- Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
- Gagal napas atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)
- Infeksi menyebar ke aliran darah (sepsis)
- Gagal jantung
- Keguguran pada ibu hamil
Pencegahan Leptospirosis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi leptospirosis, yaitu:
- Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata, saat bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira
- Tidak berendam atau berenang di air danau, sungai, atau kubangan
- Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya
- Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah kontak dengan hewan
- Mencuci buah dan sayuran dengan air bersih sebelum mengolahnya
- Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus
- Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan dan ternak