SEHAT IMUNISASI
Sehat imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Penyakit tersebut dikenal sebagai Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Apa yang Dimaksud dengan PD3I?
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi atau PD3I merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Untuk penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu Cacar, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Influenza, Haemophilus. Sementara, penyakit yang disebabkan oleh bakteri, misalnya Pertusis, Difteri, Tetanus, Tuberkulosis.
Terdapat beberapa PD3I antara lain hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, campak, rubela, pneumonia (radang paru), meningitis, kanker leher rahim yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), ensefalitis (radang otak) akibat infeksi virus Japanese Encephalitis (JE), dan diare yang disebabkan oleh infeksi Rotavirus.
- Proteksi individu
Setiap orang yang mendapatkan imunisasi akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu. - Membentuk kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan. - Proteksi lintas kelompok
Pemberian imunisasi pada kelompok usia tertentu (anak) dapat membatasi penularan kepada
Bagaimana keamanan vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional?
Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lulus uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Vaksin-vaksin ini aman dan efektif untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan kematian karena PD3I. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi.
Jadwal Pemberian Imunisasi Rutin Lengkap
Imunisasi dasar harus diberikan pada bayi usia 0-11 bulan. Untuk mempertahankan perlindungan terhadap penyakit, maka imunisasi lanjutan harus diberikan pada anak usia kurang dari 2 tahun (baduta) dan anak usia sekolah dasar/madrasah/sederajat melalui program Bulan Imunisasi Anak Usia Sekolah (BIAS).
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi dan Baduta
Umur (Bulan) | Imunisasi |
0 | Hepatitis B (HB 0) |
1 | BCG, Polio Tetes 1 (bOPV 1) |
2 | DPT-HB-Hib 1, Polio Tetes 2 (bOPV 2), PCV 1, Rotavirus 1 |
3 | DPT-HB-Hib 2, Polio Tetes 3 (bOPV 3), PCV 2, Rotavirus 2 |
4 | DPT-HB-Hib 3, Polio Tetes 4 (bOPV4), Polio Suntik (IPV) 1, Rotavirus 3 |
9 | Campak Rubela 1, Polio Suntik (IPV) 2 |
10 | Japanese Ensefalitis (JE) di wilayah endemis JE |
12 | PCV 3 |
18 | DPT-HB-Hib 4, Campak Rubela 2 |
Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi pada Anak Usia Sekolah Dasar/Madrasah/Sederajat
Umur Sasaran | Jenis Imunisasi |
Usia Kelas 1 SD/Madrasah/Sederajat | Campak-Rubela, DT |
Usia Kelas 2 SD/Madrasah/Sederajat | Td |
Usia Kelas 5 SD/Madrasah/Sederajat | Td, HPV* |
Usia Kelas 6 SD/Madrasah/Sederajat | HPV* |
*khusus anak perempuan
Imunisasi rutin diberikan sesuai dengan jadwal untuk mendapatkan kekebalan optimal terhadap PD3I. Apabila bayi dan baduta terlambat untuk mendapatkan imunisasi rutin lengkap, maka ibu atau ayah perlu melihat kembali status imunisasi bayi dilengkapi dan melaporkan kepada bidan desa atau petugas imunisasi puskesmas setempat. Imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir (HB 0) hanya dapat diberikan dalam waktu maksimal 24 jam setelah dilahirkan, sedangkan imunisasi BCG hanya dapat diberikan sampai usia maksimal 1 tahun.
"Anak dengan imunisasi tidak lengkap rentan tertular penyakit, dapat menularkan ke anak atau orang lain di sekitarnya, serta bisa mengalami kecacatan dan bahkan kematian"
Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan merupakan pemberian dosis tambahan jenis imunisasi tertentu kepada kelompok umur tertentu yang berisiko tinggi terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Imunisasi Tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin
Tujuan Imunisasi Tambahan
Upaya mencegah KLB bagi wilayah yang cakupan imunisasinya rendah selama 3 tahun berturut-turut. Dilakukan melalui Crash Program
Upaya menanggulangi KLB dan memutuskan rantai penularan setelah diketahui terjadi kasus PD3I Dilakukan melalui ORI
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan PD3I
1. Penyakit Polio
Penyakit saraf yang menyebabkan kelumpuhan disebabkan oleh virus Polio.


Bagaimana cara penularan penyakit Polio?
Penularan polio melalui tinja atau air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio.

Laporkan ke Bidan Desa/Puskesmas/Petugas Kesehatan terdekat: jika ada anak umur di bawah 15 tahun dengan gejala lumpuh layu (lemas) yang terjadi secara mendadak.
Bagaimana mencegah Penyakit Polio?
- Imunisasi Polio (tetes dan suntik) lengkap sesuai jadwal pada bayi
- Cuci tangan pakai sabun dan bilas dengan air bersih
- Stop BAB sembarangan
"Polio hanya dapat dicecah dengan imunisasi, polio adalah penyakit menular dan sangat berbahaya polio dapat menyebabkan kelumpuhan seumur hidup dan kematian"
Penyakit Polio adalah penyakit menular yang menyebabkan kelumpuhan seumur hidup dan kematian. Pencegahan penyakit Polio yang paling efektif adalah dengan pemberian Imunisasi Polio lengkap pada anak-anak sesuai jadwal yang direkomendasikan.
"Dua dosis imunisasi Polio suntik (IPV) dan empat dosis imunisasi polio tetes (OPV) memberikan perlindungan optimal terhadap Polio."
Alasan Pemberian Imunisasi IPV2
Pengenalan imunisasi IPV2 merupakan tahapan mempertahankan INDONESIA BEBAS POLIO dan mewujudkan ERADIKASI POLIO GLOBAL tahun 2026. Penambahan IPV dosis kedua akan meningkatkan perlindungan terhadap semua virus polio termasuk Virus Polio tipe 2.
Penyakit Polio adalah penyakit sangat menular yang menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Penyakit Polio tidak ada obatnya. Tapi dapat dicegah dengan imunisasi polio yang diberikan melalui tetes dan suntik.
Imunisasi Polio Tetes diberikan pada usia 1,2,3 dan 4. Khusus pada usia 4 bulan bayi diberikan juga vaksin Polio Suntik. Imunisasi Polio Suntik, adalah pemberian imunisasi dengan vaksin IPV (Inactivated Polio Vaccine) guna melengkapi perlindungan yang didapat dari vaksin polio tetes.
Imunisasi Polio Suntik pada usia 4 bulan diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT-HB-Hib. Imunisasi Polio Suntik diberikan di paha kiri dan imunisasi DPT-HB-Hib di paha kanan serta harus menggunakan alat suntik yang berbeda. Pemberian dua suntikan imunisasi bersamaan ini aman, hemat dan bermanfaat. Jadi paket imunisasi dasar lengkap baru, termasuk Imunisasi Polio Suntik, melindungi anak Anda dari penyakit, kecacatan dan kematian secara lebih efektif.
Sasaran dan Jadwal
1. Bayi usia 4 bulan : Imunisasi IPV1
2. Bayi usia 9 bulan : Imunisasi IPV2
Teknik Pemberian Imunisasi
1. Skrinning
2. Ambil dosis 0.5 mL
3. Berikan IM Paha Anterolateral
4. Masukan jarum suntik ke safety box dan “No recapping”
Tabel Jadwal Imunisasi Polio
USIA | JENIS IMUNISASI |
1 bulan | imunisasi polio tetes (OPV 1) |
2 bulan | imunisasi polio tetes (OPV 2) |
3 bulan | imunisasi polio tetes (OPV 3) |
4 bulan | imunisasi polio tetes (OPV 4) dan polio suntik (IPV1) |
2. Penyakit Campak Rubela
Apa yang dimaksud penyakit Campak-Rubela?Penyakit Campak Rubela merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Campak dan Rubela. Cara penularanya melalui percikan ludah penderita pada saat batuk, bersin dan bicara.
Apa Gejala Penyakit Campak Rubela?Demam dan bintik kemerahan. Komplikasi apabila tidak segera ditangani pada penyakit campak adalah : diare, radang paru, radang otak, kebutaan, gizi buruk, bahkan kematian. Komplikasi pada penyakit rubela jika mengenai ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati dan kecacatan pada bayi yang dilahirkan, kelainan jantung, kelainan mata, ketulian, dan keterlambatan tumbuh kembang.
Bagaimana mencegah Campak-Rubela?
- Imunisasi Campak-Rubela sesuai jadwal pada usia 9 bulan dan 18 bulan serta usia sekolah kelas 1 SO/sederajat
- Makan makanan bergizi
- Pemberian vitamin A pada anak dengan gejala Campak Rubela
- Jauhkan Penderita dari Ibu Hamil
- Penyakit Tetanus Neonatorum
3. Penyakit Tetanus Neonatarum
Apa itu Tetanus NeonatarumTetanus Neonatorum adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang mengenai bayi baru lahir. tali pusat yang tidak bersih. Cara penularannya melalui proses persalinan, pemotongan dan perawatan, tali pusat yang tidak bersih.
Bagaimana gejala Penyakit Tetanus Neonatorum?
- Kesulitan menyusu/minum
- Mulut mencucu
- Kejang
- Kaku
4. Penyakit Pertusis (Batuk 100 Hari)


Bagaimana gejala Penyakit Pertusis?
Batuk yang keras secara terus menerus, diawali tarikan napas panjang lewat mulut seperti bunyi melengking dan terkadang disertai muntah setelah batuk. Jika tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi: sesak nafas, perdarahan pada mata, malnutrisi


Bagaimana mencegah Penyakit Pertusis?
- Imunisasi DPT-HB-Hib lengkap sesuai jadwal pada bayi dana anak usia bawah dua tahun
- Lakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarakminum obat antibiotik sesuai arahan petugas kesehatan (puskemas/RS harus sampai habis)
- melengkapi imunisasi
- pengambilan swab tenggorokan sesuai arahan petugas
Bagaimana mencegah Tetanus Neonatorum
- Melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
- Merawat tali pusat dengan bersih sesuai arahan petugas kesehatan
- Memeriksakan bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan sesuai jadwal
- Mendapatkan imunisasi BDPT-HB-Hib pada bayi dan bawah dua tahun, imunisasi Dt dan Td pada anak usia sekolah dasar / sederajat dan imunisasi Td bayi wanita usia subur (berdasarkan penapisan)
5. Penyakit Difteri


Imunisasi DPT-HB-Hib lengkap sesuai jadwal pada bayi dan anak usia bawah dua tahun, imunisasi DT dan Td pada anak usia sekolah dasar, imunisasiTd pada wanita usia subur (berdasarkan penapisan).


Apabila gejala Penyakit Difteri ?
Segera lapor bila menemukan seseorang yang memiliki gejala:
- nyeri menelan
- demam/tanpa demam
- terlihat selaput putih dalam tenggorokan
- leher bengkak
jika masyarakat berkontak dengan penderita difteri maka diwajibkan untuk:
- minum obat antibiotik sesuai arahan petugas kesehatan (puskemas/RS harus sampai habis)
- melengkapi imunisasi
- pengambilan swab tenggorokan sesuai arahan petugas.
6. Penyakit Hepatitis B
Apakah yang dimaksud penyakit Hepatitis B?

Bagaimana Gejala yang Muncul?

Dari mana asal penularannya?
7. Penyakit Kanker Serviks

Bagaimana Penuluran HPV?

Infeksi HPV yang menyebabkan Kanker serviks menular dari orang ke orang melalui vagina, dubur (anus), mulut, hubungan seksual dan sentuhan melalui kulit lainnya.

Apakah Faktor Yang Dapat Meningkatkan Risiko Terinfeksi Virus HPV?
- Menikah/memulai aktivitas seksual pada usia terlalu dini (kurang dari 20 tahun).
- Berganti-ganti pasangan seksual atau berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
- Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul
- Perempuan yang melahirkan banyak anak.
- Perempuan perokok mempunyai risiko 2,5 (dua setengah) kali lebih besar untuk menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak merokok.
- Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang terpapar asap rokok karena tinggal bersama anggota keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 (satu koma empat) kali dibandingkan perempuan yang hidup secara umum tanpa asap rokok ditempat tinggalnya.
“Cegah Kanker Serviks dengan dua dosis Imunisasi HPV sebelum anak lulus SD/MI”
Apakah Penyakit Kanker Serviks Dapat Dicegah?
Kanker serviks dapat dicegah. Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan untuk mecegah kanker serviks karena infeksi HPV.
Apa yang dimaksud imunisasi HPV?
Imunisasi HPV adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV. Pencegahan kanker serviks karena HPV tipe 16 dan 18 melalui imunisasi, keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak dua dosis pada saat anak perempuan berusia 9-13 tahun.
Siapa Yang Perlu Mendapatkan Imunisasi HPV?
Anak perempuan (siswi) kelas 5 dan 6 SD / MI atau sederajat baik negeri maupun swasta.
Kapan Imunisasi HPV Dapat Diberikan?
Imunisasi HPV diberikan dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) setiap bulan Agustus.
DIMANA IMUNISASI HPV AKAN DIBERIKAN?
Layanan imunisasi HPV dilakukan di SD/MI atau sederajat baik negeri maupun swasta. Apabila siswi tidak dapat menerima imunisasi HPV karena sakit atau tidak masuk sekolah pada hari pelaksanaan BIAS, maka siswi diminta mendapatkan imunisasi HPV di Puskesmas terdekat pada waktu yang telah ditentukan dengan membawa surat pengantar dari guru sekolah.
APAKAH IMUNISASI HPV AN? "KA ADA REAKSI SETELAH DIIMUNISASI APA YANG HARUS DILAKUKAN?
Imunisasi HPV aman dan pada umumnya tidak menimbulkan reaksi sesudah pemberian imunisasi yang serius. Reaksi di lokasi suntikan dapat berupa:
- kemerahan
- pembengkakan
- nyeri ringan
APA SAJA YANG BISA DILAKUKAN OLEH GURU DAN ORANG TUA DALAM IMUNISASI HPV?
Membantu memberi pemahaman tentang pentingnya imunisasi khususnya imunisasi HPV kepada anak perempuan. Membantu menyebarluaskan informasi tentang manfaat imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Memastikan bahwa anak perempuan mendapatkan imunisasi HPV sebanyak dua dosis sebelum lulus SD / MI atau sederajat. Dua Dosis Imunisasi Polio Suntik (IPV) dan Empat Dosis Imunisasi Tetes (OPV) Memberikan Perlindungan Optimal Terhadap Polio.
Mitos: Vaksin HPV terlalu dini jika diberikan untuk anak SD
Fakta: Badan kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksin HPV justru paling baik diberikan pada seseorang yang belum terpapar oleh infeksi HPV yang diasumsikan pada saat sebelum berhubungan seksual, yaitu anak-anak usia 9-13 tahun. Selain itu respon tubuh untuk membentuk kekebalan sesudah pemberian imunisasi HPV pada anak usia 9-13 tahun juga lebih baik bila dibandingkan pada anak yang lebih tua. Berdasarkan hal tersebut,sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh kanker serviks, maka Pemerintah memberikan imunisasi HPV bagi siswi kelas 5 SD (dosis pertama) dan kelas 6 SD (dosis kedua) dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Mitos: Memberi imunisasi HPV berarti memper- bolehkan anak melakukan hubungan seksual usia dini.
Fakta: Imunisasi HPV semakin dini diberikan semakin baik, karena an melindungi anak terhadap virus HPV yang di kemudian hari dapat menyebabkan kanker serviks (WHO Position Paper on HPV Vaccine. 2014). Memberikan vaksin HPV secara dini tidak berarti mendukung anak untuk melakukan hubungan seksual lebih awal, karena sebelum imunisasi HPV diberikan, guru dan petugas puskesmas serta guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memberikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan kegunaan imunisasi HPV.
Mitos: Vaksin HPV yang diberikan 2 dosis tidak cukup melindungi
Fakta: Vaksin bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh kita untuk membentuk antibodi yang bisa melawan penyakit. Anak dengan usia lebih muda (kelompok umur 9-13 tahun) menghasilkan respon kekebalan yang lebih baik sehingga pemberian 2 dosis vaksin HPV sudah menghasilkan antibodi yang cukup tinggi untuk melindungi anak dari infeksi HPV (Dobson, et al. 2013. JAMA 2013,309(17):1793- 1802).
Mitos: Negara maju seperti Amerika justru sudah tidak menggunakan lagi vaksin HPV seperti yang digunakan di Indonesia
Fakta:Vaksin HPV yang saat ini digunakan pemerintah Indonesia merupakan vaksin HPV Quadrivalent (melindungi terhadap 4 tipe HPV yaitu tipe 6, 11, 16 dan 18 yang merupakan penyebab sebagian besar kanker serviks). Sedangkan di Amerika, pemerintahnya telah memutuskan untuk memakai vaksin HPV terbaru, yaitu vaksin HPV nanovalent yang melindungi terhadap 9 tipe HPV.
Mitos: Vaksin HPV dibuat dari virus hidup sehingga orang dapat terjangkit dan menderita kanker serviks sesudah diberikan imunisasi HPV
Fakta: Vaksin HPV dibuat dengan menggunakan teknologi modern. Vaksin dibuat dari komponen yang menyerupai virus HPV (penyebab kanker serviks), sehingga vaksin HPV tidak mengandung material genetik (DNA) dari virus HPV hidup sama sekali. Dengan demikian, jika seorang anak mendapat imunisasi HPV, akan menimbulkan kekebalan terhadap virus HPV, dan tidak mungkin menyebabkan infeksi HPV.